Info Blitar – Taukah kamu filosofi kue iwel-iwel bagi masyarakat Jawa? Budaya Jawa sarat akan falsafah dan maknanya, mulai dari upacara hingga menyangkut dalam hal makanan. Iwel-iwel merupakan makanan khas masyarakat Jawa yang memiliki beberapa makna.
InfoBlitar telah menghimpun beberapa makna filosofis dari iwel-iwel. Pertama, ada yang menjelaskan bahwa iwel-iwel merupakan wujud akulturasi Islam dan Jawa. Bentuknya yang limas, ada lima sisi, secara filosofi bisa mewakili rukun Islam dengan satu ujung, yakni Tuhan Yang Maha Esa.
Makna lain dari Iwel-iwel merupakan adaptasi oleh masyarakat Jawa dari penggalan dari bahasa Arab waliwalidayya yang artinya “kedua orang tua kami” dan diambil dari doa ‘allahummaghfirli dzunubib waliwalidayya warhamhuma kama rabbayani soghiro’. Maksud dari doa tersebut ialah kita diharuskan mengingat orang tua yang telah mendidik dan membesarkan. Iwel-iwel bisa menjadi pengingat bahwa sebagai anak harus senantiasa mengingat dan berbakti pada orang tua, salah satu caranya adalah memanjatkan doa untuk orang tua.
Baca juga
Iwel-iwel juga dikaitkan dengan bahasa Jawa, ‘kemiwel’, artinya adalah menggemaskan. Itulah alasan iwel-iwel dibuat untuk menyambut kelahiran sang anak. Harapannya adalah supaya bayinya sehat, lucu, dan tentu menggemaskan. Selain itu, kedua orang tua berharap semoga sang anak menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua.
Kue basah yang dibuat dari tepung ketan, gula jawa, parutan kelapa, sedikit garam, lalu dibungkus dalam daun pisang dan dikukus ini biasanya dijadikan kue pelengkap saat syukuran kelahiran bayi.
Perlu diketahui, kue iwel-iwel ini tidak akan kamu temui di lapak penjaja jajan pasar. Masyarakat Jawa biasa membuatnya sendiri ketika ada kelahiran anggota keluarga yang baru.